Ads 468x60px

Kamis, 24 November 2011

Kepemimpinan dalam Organisasi

Kutipan dari Warren
"BennisI used to think that running an organization was equivalent to conducting a symphony orchestra. But I don’t think that’s quite it; it’s more like jazz. There is more improvisation."

A. Pendahuluan

Melalui organisasi, kita berlatih dan dituntut untuk mampu mengolah diri dengan benar, baik secara naluriah maupun fitrah, sehingga lahir menjadi pribadi yang memiliki integritas. Sehingga dengan berorganisasi, kita akan terasah dan terlatih untuk hidup berjamaah atau bekerja sama dengan orang lain. Nah, dalam kebersamaan dalam organisasi itulah, akan terbentuk secara alami manusia yang sempurna dalam arti psikologis. Yakni, manusia yang mampu dan tahu kapan saatnya menempatkan posisi dirinya sebagai individu dan kapan dia harus lebih mementingkan kepentingan organisasi demi kepentingan bersama.

Namun, berhasil atau tidaknya sebuah organisasi juga sangat ditentukan oleh berbagai komponen dalam sebuah organisasi. Salah satu komponen penting dan menentukan keberhasilan tersebut adalah pemimpin. Para pemimpin yang baik itu dibentuk tidak dilahirkan. Jadi, jika ingin dan mau, kita dapat menjadi seorang pemimpin yang efektif.

Para pemimpin yang baik berkembang melalui sebuah proses yang tiada henti belajar-sendiri, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman (Jago, 1982). Makalah ini dimaksudkan untuk membantu Anda melalui proses tersebut. Agar mampu menginspirasi anggota Anda ke tingkat yang lebih tinggi dari kerja sama tim, ada beberapa hal yang harus Anda ketahui, wujudkan dan, lakukan. Hal ini tidak datang secara alami, tetapi diperoleh melalui kerja terus-menerus dan belajar. Para pemimpin yang baik terus bekerja dan belajar untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan mereka, mereka TIDAK beristirahat di kemenangan mereka.

B. Pengertian Organisasi

Namun sebelum kemana-mana, sebenarnya apakah pengertian organisasi? Secara umum dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan wadah untuk melakukan usaha bersama untuk mencapai satu tujuan. Sementara definisi menurut para ahli, misalnya, Prof Dr. Sondang P. Siagian, mengatakan organisasi sebagai setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut dengan bawahan. Dari definisi ini jelas dalam organisasi terdapat orang-orang yang memiliki hubungan dipimpin dan memimpin dalam mencapai suatu tujuan yang sama.

Sementara, definisi yang lebih sederhana dan tegas diberikan oleh Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro bahwa organisasi merupakan struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Definisi ini mempertegas adanya pembagian kerja dalam kelompok yang tujuan juga mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

Nah, setelah memahami definisi organisasi di atas, dapat kita tarik simpulan bahwa organisasi merupakan suatu kegiatan yang melibatkan sekelompok orang yang berusaha secara bersama-sama dengan suatu struktur kepemimpinan dan pembagian tugas yang jelas dalam upaya mencapai tujuan bersama. Lantas, apa manfaatnya berorganisasi? Apalagi bagi mahasiswa yang sedang sibuk-sibuknya kuliah dan menyelesaikan studinya.

Untuk mencapai nikmatnya manfaat berorganisasi itu memang butuh proses yang panjang dan lama. Tidak bisa kita hanya berorganisasi dalam beberapa bulan lalu lahir sebagai manusia atau mahasiswa yang memiliki kematangan pribadi seperti yang diuraikan di atas. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara-cara berorganisasi yang baik.

Organisasi yang baik memiliki 5 ciri utama. Yaitu, antara lain:
  1. organisasi harus memiliki anggota yang jelas identitas dan kuantitasnya. Setiap organisasi modern tentu menuntut para anggotanya memiliki KTA (kartu tanda anggota). Maka, tidak dibenarkan istilah ”Romli” atau “rombongan liar” yang merupakan kumpulan dari ”Talap” alias “anggota gelap” dari sebuah ”OTB” singkatan dari “organisasi tanpa bentuk”.
  2. organisasi harus memiliki identitas yang jelas tentang keberadaannya dalam masyarakat. Artinya, jelas alamat kantornya, aktivitasnya dalam menjalankan roda organisasi. Ada nama, lambang, dan tujuan organisasi yang termuat dalam AD dan ART dan struktur organisasinya.
  3. organisasi harus memiliki pemimpin serta susunan manajemen yang juga jelas pembagian tugasnya. Masing-masing bagian, divisi, maupun seksi juga aktif memainkan perannya. Jadi, sangat ganjil dan dipastikan ”sakit parah” jika organisasi itu yang tampak paling aktif adalah ketuanya sehingga tampak seperti pertunjukan sirkus ‘one man show’ dalam manajemen organisasi itu.
  4. dalam setiap aktivitas organisasi harus mengacu pada manajemen yang sehat. Misalnya, ada tiga tahapan dalam menjalankan roda organisasi, yaitu planning (perencanaan), organization (pengorganisasian), action (pelaksanaan), controling (kontrol), dan evaluation (penilaian). Kelima tahapan itu selalu dimusyawarahkan dan melibatkan sebanyak mungkin anggotanya, terutama saat melewati tahap action. Kemudian, dalam manajemen yang juga harus mendapat perhatian serius adalah administrasi. Surat bernomor, kop surat, dan ciri-ciri administrasi lainnya yang lazim ada di sebuah organisasi.
  5. organisasi harus mendapat tempat di hati masyarakat sekitarnya. Artinya, organisasi itu dirasakan benar manfaatnya bagi masyarakat. Maka, kegiatan organisasi dituntut untuk mengakar kepada kebutuhan anggota khususnya, bahkan untuk masyarakat di sekelilingnya.
C. Kepemimpinan dalam Organisasi

Setelah mengetahui pengertian dan manfaat umum organisasi, selajutnya kita masuk ke bagian inti dalam makalah ini, yaitu membahas salah satu figur penting organisasi, yaitu pemimpin dan kempemimpinan dalam organisasi. Sebenarnya, pemimpin dan kepemimpinan merupakan suatu kesatuan kata yang tidak dapat dipisahkan secara struktural maupun fungsional.

Seperti organisasi, juga terdapat banyak pengertian-pengertian mengenai pemimpin dan kepemimpinan, antara lain :

  1. Pemimpin adalah figur sentral yang mempersatukan kelompok
  2. Brown (1936) berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam hal ini, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan posisinya yang khusus dalam kelompok, pemimpin berperan sebagai agen primer untuk penentuan struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan aktivitas kelompok.
  3. Leadership is a process by which a person influences others to accomplish an objective and directs the organization in a way that makes it more cohesive and coherent.
  4. Northouse’s (2007, p3) definition — Leadership is a process whereby an individual influences a group of individuals to achieve a common goal.
  5. Kepemimpinan sebagai suatu kemampuan mengarahkan orang lain untuk memperoleh hasil yang maksimal dengan friksi sesedikit mungkin dan kerja sama yang besar, kepemimpinan merupakan kekuatan semangat/moral yang kreatif dan terarah.
  6. Pemimpin adalah individu yang memiliki program/rencana dan bersama anggota kelompok bergerak untuk mencapai tujuan dengan cara yang pasti.
Dari definisi di atas, jelas bahwa pemimpin merupakan salah satu figur penting yang menentukan kesuksesan sebuah organisasi. Namun, berikutnya muncul dua pertanyaan yang menjadi perdebatan mengenai pemimpin. Pertanyaan tersebut adalah: (1) apakah seorang pemimpin dilahirkan atau ditempa? (2) Apakah efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dialihkan dari satu organisasi ke organisasi yang lain oleh seorang pemimpin yang sama?

Khalayak umum sering meyakini bahwa para pemimpin (leader) dilahirkan bukan ditempa. Sementara kepemimpinan (leadership) adalah sesuatu yang dipelajari, keterampilan dan pengetahuan yang diproses oleh pemimpin dapat dipengaruhi oleh atributnya atau miliknya atau ciri, seperti kepercayaan, nilai, etika karakter, dan. Pengetahuan dan keterampilan berkontribusi langsung kepada proses kepemimpinan, sedangkan atribut lain memberikan karakteristik tertentu pada pemimpin yang membuat dia unik.

Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut kita lihat beberapa pendapat terkait. Pertama, pihak yang berpendapat bahwa “pemimpin itu dilahirkan” melihat bahwa seseorang hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena dia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinannya. Sementara, kubu yang menyatakan bahwa “pemimpin dibentuk dan ditempa” berpendapat bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang dapat dibentuk dan ditempa. Caranya adalah dengan memberikan kesempatan luas kepada yang bersangkutan untuk menumbuhkan dan mengembangkan efektivitas kepemimpinannya melalui berbagai kegiatan pendidikan dan latihan kepemimpinan.

Terkait dengan perdebatan tersebut, Sondang (1994) menyimpulkan bahwa seseorang hanya akan menjadi seorang pemimpin yang efektif apabila :

seseorang secara genetika telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan,
bakat-bakat tersebut dipupuk dan dikembangkan melalui kesempatan untuk menduduki jabatan kepemimpinannya,
ditopang oleh pengetahuan teoritikal yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan, baik yang bersifat umum maupun yang menyangkut teori kepemimpinan.

Berikutnya, untuk menjawab pertanyaan kedua dapat dirumuskan dua asumsi yang sudah barang tentu harus dikaji lebih jauh lagi apakah hal tersebut benar. Asumsi tersebut, yaitu, (1) keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi dengan sendirinya dapat dialihkan kepada kepemimpinan oleh orang yang sama di organisasi lain, (2) keberhasilan seseorang memimpin satu organisasi tidak merupakan jaminan keberhasilannya memimpin organisasi lain.

Selanjutnya, setelah mengetahui arti penting pemimpin dan kepemimpinan, kita akan melihat tipe-tipe kepemimpinan. Kita mengenal beberapa pemimpin besar dunia yang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. Secara umum, tipe kepemimpinan itu dapat kita bagi menjadi:

1. Tipe Otokratik, semua ilmuan yang berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.

Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”, antara lain dalam bentuk :

  1. kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
  2. pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
  3. Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Dari sikapnya, gaya kepemimpinan yang dipergunakan pemimpin yang otokratik antara lain:
  1. menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya
  2. dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuannya
  3. bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi
  4. menggunakan pendekatan punitif dalam hal terhadinya penyimpangan oleh bawahan.
2. Tipe Paternalistik, Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan.

Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tokoh-tokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.

3. Tipe Kharismatik, Tidak banyak informasi dari literatur yang ada mengenai kriteria kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tersebut dikagumi.

4. Tipe Laissez Faire, Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering intervensi.

Dari beberapa literatur digambarkan gaya kepemimpinan yang memiliki tipe Laissez Faire antara lain:

  1. pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensi
  2. pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyata-nyata menuntut keterlibatannya langsung.
  3. Status quo organisasional tidak terganggu
  4. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak yang inovatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
  5. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan perilaku dan prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam organisasi berada pada tingkat yang minimum
5. Tipe Demokratik, Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi. Artinya, tipe pemimpin demokratik tahu peran dan fungsi dari masing-masing bagian atau komponen dalam organisasinya. Karakternya antara lain:
  1. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
  2. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
  3. Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan martabat manusia
  4. Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya ditakuti.

Lantas dari sekian banyak tipe dan gaya kepemimpinan di atas, tipe manakah yang paling ideal diterapkan dalam sebuah organisasi (seperti organisasi mahasiswa)? Secara umum pemimpin dan kepemimpinan yang ideal memiliki beberapa indikator, yaitu pemimpin yang memiliki:

  1. Pengetahuan Umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara generalis.
  2. Kemampuan Bertumbuh dan Berkembang
  3. Sikap yang Inkuisitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal: pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua, kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
  4. Kemampuan Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, namun kemampuan untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
  5. Daya Ingat yang Kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan intelektual adalah daya ingat yang kuat.
  6. Kapasitas Integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan holistik mengenai organisasi.
  7. Keterampilan Berkomunikasi secara Efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan.
  8. Keterampilan Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya kepada organisasi.
  9. Rasionalitas, semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi tersebut.
  10. Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak pada kemampuannya bertindak secara objektif.
  11. Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama, kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
  12. Kemampuan Menentukan Prioritas, biasanya yang menjadi titik tolak strategik organisasional adalah “SWOT”.
  13. Kemampuan Membedakan hal yang Urgen dan yang Penting
  14. Naluri yang Tepat, kemampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
  15. Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”, keterikan satu sama lain.
  16. Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
  17. Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
  18. Menjadi Pendengar yang Baik
  19. Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat situasional, kondisonal, temporal dan spatial.
  20. Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip hidup yang dianut oleh seseorang.
  21. Ketegasan
  22. Keberanian
  23. Orientasi Masa Depan
  24. Sikap yang Antisipatif dan Proaktif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar